Minggu, 01 September 2013

TURKINYOK MENGANUT FAHAM NGALAISME

Sekarang istriku jadi manusia materialisme dalam pikirannya cuma materi yg dipikirkannya Cuma untung dan rugi. kalau kamu menguntungkan saya, kamu boleh menjadi bagian dari saya. Tapi kalau kamu merugikan saya, saya berhak memarahi kamu,menyepelekan kamu, kalau perlu menginjak injak harga dirimu. Tidak ada ketulusan,keikhlasan sama sekali dalam perbuatannya. Yang ada untung dan rugi atau kepentingan kepentingan yang lain. Ini pelajaran bagi kita bagi sampeyan atau kalian semua kalau ada oang berbuat sesuatu didasarkan untung dan rugi, atau dalam pemberiannya itu ada kepentingan di dalamnya maka orang itu tidak akan tulus  atau ikhlas dalam melakukan. Misalnya memberi sesuatu dia akan meminta timbal balik atau mengungkit ungkit pemberiannya. Mereka itu aku sebut manusia materialisme,materialis,atau istilah sekarang matre.

turkinyok meniadakan diri pada istrinya bukan berarti turkinyok mati atau bercerai tapi turkinyok menghilangkan keberadaannya dalam kehidupan istrinya, dalam pikiran istrinya. Tapi tetap ada bersama istrinya. Kalau aku ada dalam hidupnya maka aku akan menjadi beban. Menjadi penyebab istriku marah, menjadi uang belanjanya berkurang menjadi apa saja yang tidak disukai istriku. Bukan berarti turkinyok pengangguran, turkinyok kerja dan berpenghasilan. Meniadakan diri dalam arti “hidup tapi mati” kadang kita sering mendengar “mati tapi hidup” jangan diartikan seperti hantu. hidup dlm artian  pemikirannya, ide, gagasan dll, walaupun raganya mati.

Tapi yang ku lakukan ini hidup tapi mati, mematikan keinginanku mematikan diriku dalam pikirannya mematikan apa saja yang membuat istriku tidak senang. Ini berlaku juga dalam pekerjaan rumah seperti mencuci, mencuci piring, mengurus rumah,dan segala hal. Kalau tidak ku kerjakan akan menjadi pertengkaran. Maka aku harus meniadakan egoku, apakah aku kepala rumah tangga atau bukan,apakah aku sebagai suami,atau laki laki. semua itu harus aku tiadakan dengan cara mengerjakan apa yang membuatnya senang agar tidak terjadi perselisihan. sehingga dia tidak terganggu dengan keberadaanku dia merasa nyaman dalam kehidupannya merasa tidak terusik dengan adanya aku. turkinyok harus mengalah untuk kebaikan orang sekitarnya. Aku mengibaratkan diriku seperti pajangan foto usang yang tidak ada pengaruhnya bagi pemilik rumah ditaruh di ruang tamu,ditaruh dikamar,dilorong , di sudut ruangan manapun tidak membuat si pemilik rumah merasa senang, biasa-biasa saja baginya.  Atau aku seperti benda mati yang tak mempunyai pengaruh apa apa terhadap organisme sekitar.

Mengalah bukan berarti kalah. Mengalah demi kebaikan bukankah itu baik dari pada mempertahankan ego masing masing.
NB : mohon maaf apabila ada kesamaan nama atau peristiwa ini hanya cerita fiksi.

0 komentar:

Posting Komentar